Pilkades Ditunda Pilkada Ditandu

 

Kenapa Pilkades dipending serta Pemilihan kepala daerah tidak? Kembali lagi tingkah ini mengambil alih perhatian dua akrab yang bukan sekawan. Mukhson serta Rasuli.

"Hayo Son kenapa Son? Ini serius ya..jangan bergurau.." bertanya Rasuli sekalian melahap bubur kacang hijau pada saat hangat. Di seputaran pasar burung tengah kota. Tidak ada burung yang mampu memancing ketertarikan. Mereka sudah terburu terkena goda bubur kacang hijau ketan hitam yang mangkal di sudut pasar.

Bermain Judi Slot Dengan Metode Via Pulsa "Oh..itu..Pilkades itu? Serius? Kau suruh saya serius? Yang betullah. Jika serius, mustahil kita melahap kacang hijau di kaki lima semacam ini. Di istana broo..di istanaa..," sahut Mukhson sekalian memisah ketan hitam supaya terpisah dari kacang hijau. Ia kurang senang disantap bertepatan sebab rasa-rasanya jadi sulit dimengerti. Di antara rasa sehat kacang hijau serta rasa kenyang ketan hitam.

Sesudah menyogok diri dengan sesendok kacang hijau, kalimatnya bersambung.

"Baik jika kau ingin serius. Menurutku Pilkades dipending sebab Pemilihan kepala daerah ditandu."

"Tujuan Kau..?"

"Iya..seperti Kau katakan Pilkades khan dipending? Nah pemilihan kepala daerah tidak. Iya khan? Jadi tinggal dibalik saja...beres," sahut Mukhson sekalian memutar-mutar sendok. Ia tidak sadar ketan hitamnya bersatu kacang hijau.

"Kenapa ditandu? Pemilihan kepala daerah ditandu? Apakah yang ditandu? Ada saja Kau Son..," tutur Rasuli mengorek bertambah jauh.

"Kau melihat saja. Ini gampang. Jika dipending pasti tidak ditandu. kebalikannya. Iya khan?...hayo kita balik..telah siang," sahut Mukhson selekasnya bergerak tinggalkan Rasuli yang bengong.

"Siapa yang ditandu Den?" bertanya tukang bubur kacang hijau polos.

"Nah menurut Bapak siapa?"

"Oh ya..saya ketahui..Pak Dirman ya Den?"

"Ah..Bapak bisa..Jika Pak Dirman, lucunya jadi hilang. Ini saja cemplang...hehe..."