More Categories

Cari Blog Ini

Gambar tema oleh Storman. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 20 Juni 2020

Tulisan Tanganmu Jelek, Mampir Sini Kita Tertawa Bersama





Tulisan Tanganmu Buruk? Singgah Sini Kita Ketawa Bersama-sama. 

Kapan kita mulai belajar menulis? SD, TK atau serta sampai SMP?

Oke tidak perlu dijawab, jawab dalam hati saja untuk bahan pertimbangan.

Tulisan tangan diklaim untuk representasi dari satu ciri-ciri manusia. Jika tulisan tangannya bagus sikapnya bagus, jika tulisan tangannya buruk bermakna sikapnya lebih baik lagi. Tetapi satu kali lagi itu masih asumsi saja. Toh saya masih seringkali menjumpai warga yang tidak dapat menulis tetapi ramaaaah pol. Umumnya yang semacam itu ialah mereka yang buta huruf ditambah lagi yang sekolahnya hanya alumnus SR (Sekolah Rakyat).

Lalu siapa di sini yang berasa tulisan tangannya buruk? Atau siapa yang sempat memperoleh ejekan dari rekan-rekan sebab tulisannya buruk? Atau yang semakin kronis siapa yang sempat memperoleh intimidasi akan suramnya hari esok sebab buruknnya tulisan tangan?

"Menulis wae ora iso, arep dadi opo?" [1] Kemungkinan semacam itu kalimatnya.

Yuk silahkan kumpul, kita buat paguyuban saja yuk? atau kita buat komune, kemungkinan dapat kita kasih nama komune penyintas Bad Hand Lettering Shaming. Dalam komune itu kita ketawa bersama -- bersama serta sama-sama tuliskan tulisan tangan yang sangat buruk. Tulisan yang terbanyak buruknnya, karena itu ia bisa menjadi koordinator penting komune ini.

Sesaat saya tertawa dahulu "ha ha ha."

Oke lanjut lagi, sampai di sini saya ingin narasi tentang kisah tulisan tangan saya yang benar-benar tidak mungkin untuk memperoleh predikat bagus. Untuk anak dari seorang Guru SD pasti jadi suatu hal yang cukup membuat malu bila anak seorang guru SD mempunyai tulisan tangan yang buruk

Main Bola Online Pada Zaman Teknologi Sangat Menguntungkan

Alkisah perjalanan tulisan tangan saya diawali pada waktu saya masih SD, saat itu saya masuk SD pada usia 6 tahun yang tuturnya sich masih begitu awal untuk masuk SD. Akhirnya saya tetap telat dalam ikuti pelajaran, sempat satu saat beberapa siswa diharap untuk menyalin tulisan di papan catat pada pukul akhir, hasilnya sayalah yang sangat paling akhir keluar dari kelas, rupanya sayalah murid yang sangat lambat dalam soal menulis, oh tidak.

Semasa saya duduk di kursi SD, seringkali beberapa guru menjelaskan jika tulisan saya seperti cakar ayam, kecambah serta beberapa perumpamaan yang lain. 

Okelah waktu itu saya memang pernah meredam air mata sebab dihina oleh guru yang tuturnya digugu lan ditiru, tetapi sesudah saya dewasa saya malah membatin "asu tenan", tulisanku ki penuh gizi jebule, pikirkan satu tulisan dipertemukan dengan kecambah serta cakar ayam dimana sama-sama - sama memiliki kandungan protein. Duh gusti rupanya saya sempat se-lemah itu memperoleh ejekan, walau sebenarnya itu kan pujian.

Pasti kita masih ingat pelajaran menulis halus di kelas 2 SD, nah waktu itu tulisan saya di buku halus ialah tulisan paling buruk di kelas, akhirnya Ibu saya seringkali "memenjara"kan saya di rumah untuk belajar menulis halus, walau sebenarnya di halaman depan rumah saat itu banyak anak kecil main sepedaan, main kelereng serta ada pula yang bermain costplay rebutan ranger biru. Sedang saya masih belajar menulis sambil meredam tangis sebab tidak dapat ikut-ikutan bermain.

'Ibu ke Pasar', 'Andi Bermain Bola', kalimat sama diulangi terus-terusan sampai 1 halaman penuh. Memang satu saat tulisan tangan saya dipandang bagus oleh ibu saya, tetapi ujung-ujungnya kambuh lagi, tulisan saya buruk lagi, sayapun menangis tanpa ada air mata saat itu. Bukan menangis sebab tulisan buruk, tetapi sebab saya tidak dapat bermain dengan rekan-rekan saya.

Sudah tulisan buruk, waktu bermain menyusut serta rupanya kualitas tulisan tangan saya memang bergizi seperti cakar ayam serta kecambah/toge.

Sampai di dunia kerja, rupanya tulisan tangan saya masih not good, cercaan bersuara gurauan bukan sekali terlontar dari rekanan kerja saya. Untuk seorang Perawat, pekerjaan saya tuntut tanpa hari tanpa ada tulisan tangan, kawan-kawan apoteker lah yang seringkali mengkomplain tulisan saya yang 'sarat gizi' itu.

Tidak cuma sekali staff sisi farmasi itu menelpon di IGD (tempat saya berdinas) untuk pastikan tulisan tangan saya. Atas jelek ternyata tulisan tangan saya, mitra kerja saya sampai tidak meluluskan saya menulis lembar dokumen, saya cukup memberi therapy ke pasien saja (pasang infus, injeksi dll), kepentingan dokumentasi telah dicatat oleh mitra saya dengan cara komplet, rapi serta gampang dibaca.

0 on: "Tulisan Tanganmu Jelek, Mampir Sini Kita Tertawa Bersama"